PigeonSportIndonesia adalah distributor merpati tinggian dari Muntilan Magelang jawa tengah.
Menyediakan merpati tinggian untuk kolong, kentong, dan tomprang (rumahan)
Stock merpati update setiap hari.
Siap kirim2 merpati seluruh Indonesia via bus maupun pesawat.
Untuk fast respon dan tanya jawab tentang burung yg kami jual bisa menghubungi kami di
08176741381
Website ini tidak diupdate setiap hari, harap langsung hubungi via WA untuk update stock terbaru.
Harap dibaca sebelum melakukan transaksi:
- Harga sudah kami sesuaikan kualitas dan nett (tidak nego) jadi untuk mengetahui perbandingan kerjanya silahkan dipantau saja dari harganya
- Pembayaran bisa langsung secara cash ketempat kami ataupun transfer bagi pembeli diluar kota.
- Kami memberikan garansi resmi selama 1 bulan penuh, jadi tidak perlu khawatir bagi pembeli luar kota bisa test burung sepuasnya di lokasi masing2.
- Pengiriman merpati via bus antar kota waktu pengiriman setiap sore hari
- Apabila transfer pembayaran masuk sebelum jam 2 siang, maka merpati bisa langsung dikirim hari itu juga.
- Ongkos kirim menyesuaikan lokasi tujuan paket.
- Menerima pemesanan grosir untuk pedagang, siap melayani pemesanan hingga ratusan pasang perhari sesuai permintaan.
- Kami memberikan harga khusus grosir sesuai permintaan pedagang dari yg termurah hingga kualitas super..dengan minimal pemesanan 10pasang/order (tanpa foto dan kualitas kami sesuaikan harga)
- Untuk pedagang dgn sistem borongan pembelian minimal diatas 30pasang ongkos kirim 100rb/10-30pasang.
- Untuk harga eceran mulai 500rb keatas hingga jutaan bahkan puluhan juta tergantung kualitas merpati tersebut.
Terimakasih kami ucapkan atas kepercayaan seluruh customer Pigeon Sport di seluruh Indonesia.
Terutama para rekan dan sahabat penggemar merpati tinggian di muntilan,magelang,jogja,borobudur,temanggung,wonosobo dan wilayah sekitar.
Legenda merpati tinggian Muntilan:
-Bah YAP
-Bah Cong Lhok
-Bah Chum Yo
-Bah Qiong Ghie
-Koh Kun Shiang
-Koh Gun Ham
-Bpk. Agung Tobing
-Bpk. Agus Brewok
-Bpk. Wawan (pak RT)
Sesepuh Merpati Muntilan:
-Bpk. Mustofa (pak Topa)
-Bpk. Witoto
-Mbah Mul
-Bpk. Kirman
-Bpk Isrowi
-Mbah Daroni
-Pak Komar
-Bpk. Hadi
-Bah Hatmo
-Bah Wan
-Pak Eddy (Dr. Eddy)
-H.Ali Bird Farm
-Pak Sunaryo
-Pak Tikno Badhak
-Pak Warsito
-Pak Mat Kabul (Alm)
Team dan Crew
-Pak Agus Brewok (trainer dan instruktur latih) pemilik merpati Klacir,Jhon banting,bajak,beteng dll.
-Mas David (joki tester)
-Bpk Yanto Bawal (player merpati balap nasional)
-Bpk Isrowi (marketting assist)
-Mas Suprih
-Mas Kiki
-Ismail Skak
Pigeonsport Bogor: Om Andi Kusuma
Pigeonsport Banyumas Purwokerto : Om Satria (Semut ireng)
Pigeonsport Jogja: Jhon Merpati
Pigeonsport Surabaya: Om Handoko
Pigeonsport Lubuk Linggau: Om Apek Madari
dan semua yg tdk bs kami sebutkan satu per satu..terima kasih...
"Ring adalah identitas, bukan penentu kualitas"
Jaya Merpati Tinggian Indonesia......
Owner & Management Director :
Yuz Ebastian
Pin BB: 231CF7C1
Sms: 087738014557
PIGEON-SPORT.NET untuk sementara baru di upgrade..
Liputan dari Indosiar
indosiar.com, Jawa Tengah - Memelihara dan melombakan burung merpati, adalah kegemaran sebagian masyarakat Muntilan, Jawa Tengah. Mereka melombakan burung merpati andalannya, di tempat khusus. Harga burung merpati akan terus naik, seiring kemenangan yang diraihnya dalam lomba.
Muntilan, sebuah kota kecil dipinggiran Magelang, Jawa Tengah, termasuk kota yang akrab dengan kehadiran merpati. Memasuki kawasan pemukiman, bisa dijumpai bangunan bertingkat yang terkesan setengah jadi. Di lantai dua yang menyerupai panggung inilah, burung yang dikenal dengan nama dara ini, dikumpulkan untuk diadu dalam sebuah lomba yang disebut dengan lomba ketinggian.
Berbeda dari jenis lomba lainnya, dalam adu ketinggian tempat panggung ini, juga sekaligus menjadi tempat bertanding. Misalnya jika dalam lomba adu cepat, lokasi lomba bisa dilaksanakan dimana saja. Maka dalam adu ketinggian ini, kalau lokasi dipindahkan harus berlatih dari awal lagi. Hal itu, karena merpati terlatih untuk melalui rute yang sama terus menerus.
Pertandigan biasanya dimulai sekitar jam 4.00 WIB sore, antara panggung satu dengan panggung lain. Sayangnya, cuaca sore tengah kurang bersahabat saat itu. Hujan turun rintik-rintik, menjelang lomba akan dimulai. Untungnya, tidak lama kemudian hujan mereda, namun langit tampak suram. Jumlah penonton pun tidak sebanyak biasanya. Waluapun demikian, lomba tetap berlangsung.
Perlombaan dilakukan antara panggung yang satu dengan panggung lain. Merpati dilepas sekitar 6 kilometer dari panggung dan lomba dimulai ketika merpati sudah tampak di cakrawala. Yang menukik paling cepat dan tepat, ialah yang menang. Lomba berlangsung antar dua ekor merpati, dari panggung yang berlainan.
Sebagaimana lomba pada umumnya, unsur taruhan pun mewarnai lomba ketinggian ini. Tidak jelas seberapa besar uang yang dipertaruhkan, namun sejauh ini tampaknya judi hanyalah sebatas permainan.
Suasana riuk muncul di kala pengawas memukul kentongan, tanda juara sudah diperoleh. Untuk pembuktiannya, suara kentongan direkam. Karena setiap panggung punya bunyi kentongan yang berbeda, maka biasanya tidak sulit menentukan juaranya. Pemilik burung yang menang, akan memperoleh makanan burung satu kwintal sebagai hadiah hasil iuran dari panggung pemilik burung lomba yang kalah.
Selintas, mungkin terkesan perlombaan ini sangat sederhana, namun sebetulnya dibalik itu ada persiapan dan latihan yang harus dilakukan. Bahkan pemilik merpati memerlukan seorang perawat khusus, yang disebut joki yang bertindak sebagai pelatih burung aduannya. Setiap pagi, burung-burung yang dianggap berpotensi untuk menang, dilatih bersamaan dengan burung yang baru.
Merpati yang diadu, dikenal dengan nama Merpati Jawa dan berkelamin jantan. Pelatihan dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan melepas dari jarak satu kilometer, yang kemudian secara bertahap ditingkatkan hingga 6 kilometer. Jalur yang ditempuh pun harus lurus dengan arah panggung, sebab jika tidak, merpati akan kesulitan menemukan jalan pulang.
Seorang joki, juga harus tahu batas kemampuan merpati yang dilatihnya. Seperti manusia, konon merpati pun punya sifat angin-anginan. Jika sudah datang malasnya, maka sang merpati harus diistirahatkan dahulu. Kesabaran memang merupakan salah satu modal utama, melatih burung lambang perdamaian ini.
Selain itu, joki juga harus tahu saat yang tepat mengepakan sayap betina untuk memancing merpati jantan, yang tengah terbang tinggi agar mau menukik ketitik sasaran di bawah.
Satu panggung, biasanya diisi lebih dari seorang pemilik burung. Mereka bekerja sama dalam hal biaya perawatan dan juga untuk mengupah joki. Keseluruhan biaya mencapai sekitar 2 juta rupiah setiap bulannya. Walaupun merpati juara bisa dijual dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah, namun sulit dibilang apakah dari segi bisnis merpati pengikut lomba ketinggian ini, prospektif atau tidak. Karena sifat pertandingannya yang hanya mengenal satu lokasi, maka merpati yang sudah juara ditempat tersebut, belum tentu bisa juara ditempat lain.
Walaupun demikian, hal tersebut tidak menganggu keasyikan para penikmat lomba ini, untuk terus menyaksikan merpati-merpati beradu. Yang namanya hobi memang tidak bisa diperdebatkan.(Sup/Idh)
Sumber: indosiar.com
indosiar.com, Jawa Tengah - Memelihara dan melombakan burung merpati, adalah kegemaran sebagian masyarakat Muntilan, Jawa Tengah. Mereka melombakan burung merpati andalannya, di tempat khusus. Harga burung merpati akan terus naik, seiring kemenangan yang diraihnya dalam lomba.
Muntilan, sebuah kota kecil dipinggiran Magelang, Jawa Tengah, termasuk kota yang akrab dengan kehadiran merpati. Memasuki kawasan pemukiman, bisa dijumpai bangunan bertingkat yang terkesan setengah jadi. Di lantai dua yang menyerupai panggung inilah, burung yang dikenal dengan nama dara ini, dikumpulkan untuk diadu dalam sebuah lomba yang disebut dengan lomba ketinggian.
Berbeda dari jenis lomba lainnya, dalam adu ketinggian tempat panggung ini, juga sekaligus menjadi tempat bertanding. Misalnya jika dalam lomba adu cepat, lokasi lomba bisa dilaksanakan dimana saja. Maka dalam adu ketinggian ini, kalau lokasi dipindahkan harus berlatih dari awal lagi. Hal itu, karena merpati terlatih untuk melalui rute yang sama terus menerus.
Pertandigan biasanya dimulai sekitar jam 4.00 WIB sore, antara panggung satu dengan panggung lain. Sayangnya, cuaca sore tengah kurang bersahabat saat itu. Hujan turun rintik-rintik, menjelang lomba akan dimulai. Untungnya, tidak lama kemudian hujan mereda, namun langit tampak suram. Jumlah penonton pun tidak sebanyak biasanya. Waluapun demikian, lomba tetap berlangsung.
Perlombaan dilakukan antara panggung yang satu dengan panggung lain. Merpati dilepas sekitar 6 kilometer dari panggung dan lomba dimulai ketika merpati sudah tampak di cakrawala. Yang menukik paling cepat dan tepat, ialah yang menang. Lomba berlangsung antar dua ekor merpati, dari panggung yang berlainan.
Sebagaimana lomba pada umumnya, unsur taruhan pun mewarnai lomba ketinggian ini. Tidak jelas seberapa besar uang yang dipertaruhkan, namun sejauh ini tampaknya judi hanyalah sebatas permainan.
Suasana riuk muncul di kala pengawas memukul kentongan, tanda juara sudah diperoleh. Untuk pembuktiannya, suara kentongan direkam. Karena setiap panggung punya bunyi kentongan yang berbeda, maka biasanya tidak sulit menentukan juaranya. Pemilik burung yang menang, akan memperoleh makanan burung satu kwintal sebagai hadiah hasil iuran dari panggung pemilik burung lomba yang kalah.
Selintas, mungkin terkesan perlombaan ini sangat sederhana, namun sebetulnya dibalik itu ada persiapan dan latihan yang harus dilakukan. Bahkan pemilik merpati memerlukan seorang perawat khusus, yang disebut joki yang bertindak sebagai pelatih burung aduannya. Setiap pagi, burung-burung yang dianggap berpotensi untuk menang, dilatih bersamaan dengan burung yang baru.
Merpati yang diadu, dikenal dengan nama Merpati Jawa dan berkelamin jantan. Pelatihan dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan melepas dari jarak satu kilometer, yang kemudian secara bertahap ditingkatkan hingga 6 kilometer. Jalur yang ditempuh pun harus lurus dengan arah panggung, sebab jika tidak, merpati akan kesulitan menemukan jalan pulang.
Seorang joki, juga harus tahu batas kemampuan merpati yang dilatihnya. Seperti manusia, konon merpati pun punya sifat angin-anginan. Jika sudah datang malasnya, maka sang merpati harus diistirahatkan dahulu. Kesabaran memang merupakan salah satu modal utama, melatih burung lambang perdamaian ini.
Selain itu, joki juga harus tahu saat yang tepat mengepakan sayap betina untuk memancing merpati jantan, yang tengah terbang tinggi agar mau menukik ketitik sasaran di bawah.
Satu panggung, biasanya diisi lebih dari seorang pemilik burung. Mereka bekerja sama dalam hal biaya perawatan dan juga untuk mengupah joki. Keseluruhan biaya mencapai sekitar 2 juta rupiah setiap bulannya. Walaupun merpati juara bisa dijual dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah, namun sulit dibilang apakah dari segi bisnis merpati pengikut lomba ketinggian ini, prospektif atau tidak. Karena sifat pertandingannya yang hanya mengenal satu lokasi, maka merpati yang sudah juara ditempat tersebut, belum tentu bisa juara ditempat lain.
Walaupun demikian, hal tersebut tidak menganggu keasyikan para penikmat lomba ini, untuk terus menyaksikan merpati-merpati beradu. Yang namanya hobi memang tidak bisa diperdebatkan.(Sup/Idh)
Sumber: indosiar.com